Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang

Di hari Sabtu selo, ada empat bocah kost berisik yang berencana menyantroni salah satu lokasi air terjun dan gua yang terdapat di gunung kidul. Gue, Sindy, Vina, dan Wida yang sudah merencanakan sejak beberapa hari sebelumnya. Kebetulan gue sedang kedatangan tamu istimewa, yaitu Kiki, sahabat gue sejak SMP, wanita tangguh yang mampir ke Jogja untuk mengistirahatkan jiwa dan fisik terutama, karena Kiki baru saja memanjat Gunung Tertinggi di wilayah Indonesia tengah, yap, gunung Rinjani. 

Kiki sahabat gue yang sejak SMP ini memang sudah 'berlabel' anak karate ini juga anak pecinta alam di kampusnya fakultas Teknik Universitas Lampung. Awalnya Kiki akan melakukan marathon pendakian yang dimulai dari mendaki gunung Rinjani - Semeru - Sindoro - Sumbing berdua dengan temannya satu kampus teknik. Namun, apa daya fisik tidak bisa berbohong, kaki kiki yang tangguh itu runtuh juga, kakinya bengkak, yaaa gue juga sempet ngalamin, tapi karena itu gunung naik-turunnya seminggu, kakinya bengkak parah sampe gak tega rasanya. Akhirnya dia nginep di kost gue selama seminggu hitung-hitung melepas kangen, sedangkan temannya yang satu lagi melanjutkan pendakian ke gunung Sindoro-Sumbing. 

Akhirnya, Kiki gue ajak dan jadilah 5 bocah berisik jalan langsung menuju tempat di mana Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana berada, di Playen, Gunung Kidul. Seperti biasa, perjalanan kita cukup clumsy karena di antara kita tidak ada yang mengerti jalan, hanya mengandalkan GPS smartphone. 

Untuk objek pertama seharusnya kami mengunjungi Goa Rancang Kencana terlebih dahulu, tapi dasar memang kami anak-anak gadis (maaf, cantik) yang nekat, kami suka sok tau (ini juga penyakit) sesampainya di playen dan mendapati post, sebenernya sih lebih berbentuk seperti post ronda ketimbang loket tiket wisata, kami bayar dan langsung jalan masuk dan melewatkan urutan pertama yang seharusnya goa Rancang dan langsung menuju si air terjun. 



Sampai di sana kami parkir motor setelah melewati jalan berdebu, lebih tepatnya sih berpasir putih yang di mana motor saya jadi makin serba putih, terimakasih tongfang. Oke, maaf, itu salah fokus. Seharusnya sih kita bisa menuju air terjunnya langsung melewati ladang, sawah, dan hutan yang sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi memang 5 anak gadis ini polos-polos dan langsung bayar tiket getek, aduh apa ya gue sebutnya? Semacam perahu yang dirakit menggunakan drum-drum di bagian bawahnya dan pakai mesin perahu gitu seharga 10.000.  Oke, ini pengalaman pertama di mana saya beberapa minggu kemudian mendatangi tempat itu dan memilih jalur darat untuk menuju air terjunnya secara gratis. Tapi memang feel yang didapat dari dua jalur itu berbeda.





Foto-foto yang bisa diambil dari atas getek saat berjalan.


Antri ayo antri masuk ke kapalnya, semoga gak kelebihan muatan. Sampai di air terjunnya sih sebenarnya sedikit iri dengan yang berenang di sana, pasalnya gue dan anak-anak gak bawa baju ganti, yaa walaupun setelah ke sana ke dua kalinya gue juga ga bawa baju ganti sih, maklum berenangnya publik :D  




Ini air terjunnya (ya, saya tau :| )


Setelah puas fotoan, ngemil di pinggir kali, eh sungai, kami balik lagi menggunakan getek tadi (apapun namanya itu) karena tadi sudah untuk bayar pulang-pergi. Tadinya mau iseng tanya, pak supir getek, minta diantar ke jogja sekalian dong, tapi gue urungkan niat, takut diangkat anak. 

Pulangnya barulah kita mampir ke goa Rancang dan hal pertama yang dikomentari bapak-bapak penyewa senter adalah "Wah, mbak-mbakya kebalik harusnya ke sini dulu baru ke air terjun, mbak". Oke, kita anak-anak gadis sok tau main jalan terus. 








Stalaktit, seharusnya kata mas-mas pemandunya itu berkilau


mas pemandu, ikut nampang saja, eh dia orang ugm lho tapi lupa darimana :D


*maaf foto-foto dengan celana jeans nya* *bows*