Selamat malam. Eh, selamat dini hari. It's sleepless Saturday, waiting for shaum. Udara Jogja belakangan dinginnya gak nyante, kalo kata salah satu temen KKN sih dinginnya kaya Dieng KW3. Duh, ciyan dibilang KW. Cuaca panas dingin ditambah gak pernah olahraga belakangan, menghasilkan demam. Sudah dema dua hari ini. Sudah minum paracetamol yang mengakibatkan telat bangun pagi. Sudah telat bangun pagi, baru sadar sepenuhnya kalo ban belakang motor bocor sehabis semalam dibawa pergi ke Kulon Progo. Pagi-pagi olahraga dorong motor dengan pakaian dan dandanan cantik lengkap dengan laptop di punggung dan demam meriang di badan. What a nice way to start a friday morning! :|
Kemarin hari ke dua masuk studio tugas akhir di kampus, belum ngapa-ngapain sih. Hari pertama rumpik. Hari ke dua juga rumpik. Biasa anak gadis, asal gak ghibah aja, sih. Oh, ya, studio belum efektif dikarenakan mulai hari Sabtu ini sudah masuk libur lebaran, yaa lebaran saya sih tanggal 8 Agustus ini. Kenapa gue gak pulang ke Lampung? Iye, nurutin bokap buat balik kampung di Ngawi. Ah, Ngawi yang panas itu? Harusnya saya dikasih penghargaan entah itu ke telaga Sarangan lagi atau ke Tawagmangu. Ngadem.
Seminggu yang lalu gue pulang sih ke rumah di Lampung sekitar 3-4 hari di sana. Terus balik lagi demi mendaftarkan nama di studio tugas akhir periode Agustus inih. Oh, my ~ Hari ke dua di Lampung gue sedih sore-sore, pasalnya disuruh nyetir pas hujan deraaasss. Nangis. Lama. Hari ke tiga sore-sore sekeluarga---bertiga jalan-jalan kece. Awalnya sih cuma diskusi biasa, diskusi ringan, soal gue gak mau disuruh copot kaos kaki dan soal kerudung lebar gue. Kaki kan aurat wanita juga, ya? Kain yang dipakai untuk menjilbabi kan memang gak boleh transparan, ya? Berakhir diomongin fanatiklah, ilmu belum seberapalah, nanti lama-lama pake cadarlah. Gue duduk di jok belakang. Nangis. Luber. Lama.
Banyak sih temen-temen yang bertanya, "Karena siapa, mon, pake kerudung lebar?"
Wah, maaf, bukan karena siapa-siapa. Karena takut dosa. Karena gak tega lho menyeret bokap ikutan ke neraka bareng gegara gue buka-buka aurat, lantas ga ada yang kasih tau. Berdasar An Nur 31 aja sih, yaa..
Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya serta tidak menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya. Dan hendakkah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka.
(QS. 24 : 31)
Bahasan ke dua. Hal memang cukup bikin rempong dalam menutup aurat secara sempurna, yaa sedang diusahakan sempurna, kaos kaki. Nah, ini yang bikin boka keluar kata-kata lumayan nyelekit. Bokap meyakini aurat wanita cuma sampe batas mata kaki, gak sampe kuku-kuku kaki segala. Wah, maaf deh, saya taunya kaki juga aurat. Gue nyebutin haditsnya, yah disanggah bokap, "Ah, kalo hadits jangan kamu artikan mentah-mentah begitu, ilmu kamu kan belum cukup. Wanita-wanita yang memakai cadar juga ya berdasar hadits.
Yaah, iya sih baju atasan masih belum panjang betul, masih jarang pake manset tangan kalau lengannya sudah panjang betul, masih bersolek berlebih alias tabarruj. Huhuks.
Yaah, iya sih baju atasan masih belum panjang betul, masih jarang pake manset tangan kalau lengannya sudah panjang betul, masih bersolek berlebih alias tabarruj. Huhuks.
Hadits riwayat Aisyah ra, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan.
(HR Abu Daud dan Baihaqi)
Nah, loh. Jelas sekali kan, ya, yang boleh terlihat di depan mahramnya itu hanya muka dan telapak tangan. Mau ngedebat haditsnya? Monggo ngedebat Rasulullah SAW :)
Apa yang harus diperbuat wanita dengan bawah baju mereka? Nabi bersabda: Hendaklah ia turunkan satu jengkal (dari mata kaki) Ummul Mu’minin berkata: “ kalau begitu akan tersingkap kaki kami, wahai Rasulullah” Nabi bersabda: “ turunkan satu lengan dan jangan dilebihkan.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, nah, lagi. Jelas kan, satu jengkal di bawah mata kaki? What's more can I say??
Aduh, jadi emosi lagi, haha. Kalau begitu tau ilmu gue kurang, iye gue juga ngerti kok. Ya, cari guru gak boyeh, tapi mau belajar juga malah dibeginiin, gak dikasih tau yang bener. Kudu piye tuipss?
Yah, hal semacam ini wajar juga sih, ya. Sama halnya dengan waktu dibilang, "Mon, kamu gak cocok pake baju begitu, kamu cablak". Bahkan ada yang menyangka gue mau deketin cowok salih. Masya Allah, haha. Yowis, karep dah. Alasan yang sebenarnya sudah gue sebutin di atas. :D
Walau menutup auratnya belum sama sekali sempurna, mau pamer dulu ah, pakai baju terusan semacam dress *lagi ngidam gamis*
Yah, sepenuhnya bisa baca di buku keempatnya Ustadz Felix Siauw "Yuk Berhijab!" Duh, itu buku kece banget dengan ilustrator visual @Benefiko. Atau bisa ikutin kicauan bermanfaat dari @pedulijilbab banyak juga dakwah kreatif visualnya. Duh, saya gak promosi, sekedar referensi yang menyenangkan aja, memenuhi timeline dengan informasi berguna :D
Sebenernya sore itu niat hati mau nyari bahan buat kebaya bareng nyokap laju sekalian diukur badannya. Iih, dapet bahan kebaya unyuh lho, warnanya hijau tosca dengan payet pink, terus kain bawahannya pakai kain tenun Tapis Lampung full. Waaah ~ Love you Mom and Dad. Semoga saya diistiqomahkan dan orang tua saya juga diberi keluasan ilmu lagi. Aamiin...