It's all started on another 'selo' Saturday. Lagi, ini cerita dari hari sabtu yang (sudah direncanakan) selo. Ii cerita dari tahun lalu lagi, sekitar bulan oktober 2012. Empat anak gadis, terutama Wida, teman saya yang manis ini (teman saya cantik semua kecuali saya, saya ganteng sih). Berawal dari mulut gue yang cukup ceriwis di hadapan orang-orang terdekat ini membicarakan perihal goa Jomblang yang merupakan goa dengan mulut goa yang vertikal, selain caving susur goa, juga memerlukan kemampuan untuk srt turun goa setinggi sekitar 20 meter itu.
Akhirnya, dengan pertimbangan demi keselamatan anak-anak gadis rumahan ini, diputuskan mendatangi tetangganya saja, sungai Kalisuci, semacam dengan goa Pindul juag sebenarnya, caving dengan memasuki goa-goa gitu. Kami, empat anak gadis berangkat ke Kalisuci menggunakan motor dengan sok taunya, kembali menggantungkan harapan dengan GPS smartphone. Sempat beberapa kali kami sedikit nyasar karena bablas belokkan dan yang menurut gue banget itu gawat orang-orang di sana, orang tua yang sedang meladang sih (ngapain juga sih mon gangguin mbah-mbah di ladang :")) ) ditanya arah dan dijawab menggunakan bahasa jawa. Gue bengong, Sindy bengong, Mbahnya bengong, untung si Vina gak bengong, Thank's Vina! Aku akan lamar kamu! *salah fokus*
Satu hal yang memang saya kurang suka dengan wisata di Indonesia, kurang informatif. Bukan plank-plank menuju Kalisuci maupun goa Jomblang yang kami temui, namun plank-plank yang mengatakan "Menuju Medan Gerilya". Oke.
Kalisuci berada di ujung jalan melewati gang menuju goa Jomblang. Sesampainya di sana sekitar jam 9-10 pagi dan masih sepi. Kami disambut dengan mas-mas di basecampnya dan langsug dijelaskan mengenai caving itu mengenai biaya dan jaraknya. Dengan biaya 65.000 rupiah kami berempat dengan didampingi oleh dua prang pemandu laki-laki yang ternyata mas-mas yang hobi manjat gunung (saat itu saya belum senang mendaki gunung) dan dibawakan ban-ban kami layaknya tuan putri yang sedang wisata cantik.
yuk, perlengkapannya dipakai, sabuk dikencangkan, cantik ;)
Ini gue, sindy, wida diminta manjat batu itu yang entah apa esensinya, tapi kami nurut :|
Diminta pose sama mas-masnya yang entah pose apa di dalam air :|
Suasana sewaktu melewati mulut goa
Stalaktit yang ga boleh dipegang dan diinjak, bukan, bukan keramat, masnya bilang "kalo kita merusak alam kelak alam yang merusak kita" ciye masnya...
Kita diijinkan main-main sehabis keluar mulut goa dan pulangnya? Pulangnya kami menaikki tangga menuju tempat pick up menjemput kami dan (atau) ban-bannya menuju basecamp tadi. Hosh hosh aduh anak-anak gadis ini udah ngos-ngosan aja diajak jalan :D
Ada satu hal yang agak aneh. Saat kami sampai di basecamp ternyata wisatawan yang mau caving juga lumayan rame, yang saya lihat ada 2 rombongan yang berpapasang dengan kami. Rombongan pertama berpersonel 6 orang, 4 orang cowok 2 orang cewek didampingi 2 guide dengan ban yang cewek dibawain sama pemandunya. Rombongan ke dua 4 orang cowok didampingin hanya dengan satu pemandu dan bannya dibawa masing-masing. If you know what I mean ;) Oh ya, disarankan untuk membawa kamera poket saya, bisa dibungkus dengan plastik atau menggunakan underwater case, kameranya nanti akan dibantu pegang sama pemandunya kok.
*maaf untuk foto dengan celana jeansnya* *bows*