Senin dan 8 SKS


Monday morning. It’s already Monday AGAIN? Just. How? Where was my weekend again? What did I go through last weekend? Heol. Doing final project isn’t as easy as what my high school friends think of. Eum, I do know this right. My close friends from junior high did say so. Maybe I’m the last member out of 5 whom hasn’t graduated. Yet. Iya, dengar dari cerita mereka memang skripsi itu berat, but hey, I’d done it. Skripsi untuk konsep desain sudah selesai, sudah dijilid, sudah masuk ke perpustakaan. Sekarang lo tinggal ngerjain desainnya, mon, but hell yeah it isn’t JUST doing design. Mengerjakan desain arsitektural gak mudah, banyak banget yang harus dipikirin. Kemarin langkah di skripsi sudah cukup tertatih dengan dosen pembimbing yang selalu menekan tetapi tidak terlalu memberi saran demi kelancaran skripsi, ternyata tekanan yang didapat dalam tahap Transformasi Desain di Studio Tugas Akhir ini lebih besar. Setiap weekend jatuh sakit. Entah sakit demam, diare, ingusan, radang, dan kawan-kawannya yang kalo katanya anak gaul tuh gak gue banget. Jelas penyakit-penyakit tiap akhir minggu itu datang karena gue yang tadinya rutin olahraga minimal jogging seminggu sekali satu jam di kala sibuk dan (sok) sibuk pake banget, sekarang gak berolahraga sama sekali jadi mungkin drop dan kaget. Jadilah manja sakit seminggu sekali. 

Sebenernya gue tau, temen gue tau, orang tua gue tau, cuma mungkin dosen gue yang gak tau kalo gue ngerjain tugas tuh cepet. Gue sempet selama tiga minggu ini ngejer, sakit eh ketinggalan lagi dan pola itu berulang selama 3 minggu. Sekarang sudah H-25 hari. Okay. Gue. Mulai. Panik. Maksudnya pake banget. 

Semalam dengan semangat membara hari ini masuk mau nyempurnain lima lembar gambar lalu dengan bangga bilang ke ibu laboran studio, “Ibuk, saya jadi lima gambar!” dan ketemu dosen. Semalaman gak tidur. Sejak subuh entah kesambet cocoa mungkin :”)) gue panik dan merasa takut. Oke. Gue panik dan bingung harus cerita ke siapa, butuh saran walau gue yakin pasti jawaban semua orang maju terus, mon, kerjain. Pertanyaan gue selalu retoris, indeed. Bener kata temen-temen gue, ngerjain tugas akhir tuh bersimbah air mata serasa jaman masih maba 4 tahun yang lalu.

Yakin sekali bahwa Allah yang menentukan jalan saya di sini, di arsitektur yang tugasnya bejibun. Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Kalau sekarang perasaan hati gelisah dan panik, saya yakin sedetik kemudian kalau Allah menentukan pasti hati saya sudah tenang, riang, dan gembira. Mungkin Allah juga sedang menegur saya. 

Halo, Monika, kamu gak ingatkah beberapa tahun yang lalu saat masih menjadi maba berat badan turun sampai 5 kilogram lebih karena stress dengan tugas di arsitektur semester satu yang didampingi oleh homesick pertama kali tinggal jauh dari orang tua? Atau saat kamu semester tiga, dihujani oleh tugas struktur dan konstruksi yang gak kira-kira harus bikin gambar kerja di kertas kalkir ukuran A2 puluhan lembar dengan maket kelompok skala 1:50 yang sebesar kandang sapi untuk sks sebesar 3 sks dan itu dibarengi dengan tugas studio 6 sks dengan arsitektur dijital yang tugasnya bikin gak tenang? Belum lagi kamu gak ingat saat semester 5 terbebani dengan laporan dan seminar kerja praktek sebesar 3 sks yang ditemani dengan tugas kampus untuk pameran pasca KKA 2011 yang masih dilanjut dengan tugas studio desain 6 sks untuk bangunan tinggi yang mengharuskan gambar kerja sampai 60an lembar A3? Kamu selesai kan itu? Selesai, mon. Lantas sekarang beban 8 sks kenapa kamu mau mundur lagi? Sebegitu pengecutnya kah Monika yang selama ini dianggap teman-teman sebagai cewek tangguh? Gak kece kamu, mon.

Pagi buta Monika gangguin orang tua yang mau upacara di sekolah. Upacara? Iyalah, orang tua gue keduanya guru walau anaknya gak mau jadi guru. Apa jadinya kalo murid di sekolah punya guru random macam gue? Dengar suara yang sudah seminggu ini gak didengar, suara bapak dan ibu yang sedang terburu-buru akan mengajar pagi ini, walau yakin sekali akan pecah tangis setelah mendengar suara tinggi ibu yang pasti menyapa, “Ata di mana?” walaupun sudah tau jawabannya. Atapun suara berat bapak yang menyapa, “Assalamu’alaikum, nduk.” Jujur sekali hati ini ingin ditemani, jujur sekali otak membutuhkan support, jujur sekali sedang berperan sebagai anak ayam berbulu kuning yang kehilangan dosennya eh induknya. Gak sampai hati lidah ini berkata ini dan itu. Yakin Allah Maha Mendengar walau saya tidak mengucapkannya. 

Air wudhu pagi ini terasa lebih dingin daripada air wudhu tadi subuh. Orang tua nun jauh di sana terpisah air laut, bukan sekedar terpisah air tawar kulon kali. Harus pake feri, gak bisa pake getek. Sahabat-sahabat dekat jelas sedang sibuk dengan kesibukkannya yang mungkin tidak kalah galau dan menggalaukan. Apa yang saya punya? Pacar? Oh jelas itu tidak ada, alhamdulillah. Siapa? Dzat Yang Maha Kekal lah yang saya punya sekarang. Halo hati yang sedang gelisah dan otak yang sedang panik, saya masih punya Allah. Saya masih punya bahan bacaan yang pasti manjur menenangkan kegundahan. Al-Qur’an. Tilawah selalu manjur menenangkan hati. Untuk apa suara bagus untuk karaokean tapi gak bagus untuk tilawah? *no offense, it’s just another self reminder*

Saya yakin semua hal duniawi yang gak enak pasti jauh lebih sedikit volumenya dibanding nikmat yang Allah SWT beri. Semua beban yang manusia anggap berat pasti jauh lebih sedikit dengan hal yang telah dimudahkan oleh Allah SWT. Semua pernyataan manusia yang tak bisa terucap di depan manusia dan tidak bisa dimengerti langsung oleh manusia pasti Allah sudah tau terlebih dahulu dan semuanya pasti dijawab oleh Allah SWT, insya Allah. Kenapa harus kalah dengan 8 sks? Sedangkan seratus lebih sks yang telah lewat bukankah itu juga hasil perjuangan kamu? Kenapa semangat juangnya mundur? Mana Monika yang tangguh? Mana Monika yang biasanya mandiri? Mana Monika yang gak pernah cengeng di depan orang lain selain orang tua dan Allah? Mana anak gadis yang selalu mengerjar deadline di antara deadline dengan tepat waktu? Masih di sini kah? Iya, masih di sini, di kost Cempaka Putih. Ya Allah bantu hambaMu untuk berjuang lebih keras dari sebelumnya, terima kasih atas nikmat mengerjakan Tugas Akhir di kampus hebat ini. Semangat Monika! Semangat mahasiswa pejuang tugas akhir dan skripsi. Semangat mahasiswa pengejar toga! :)